Printer 3D telah ada cukup lama, dan keamanan 3D Printing telah terbukti. Saat ini, printer 3D dapat ditemukan di bengkel, sekolah dan universitas, laboratorium, dan lantai toko manufaktur. Karena itu, penting untuk mempertimbangkan keamanan 3D Printing. Sama seperti perangkat listrik atau peralatan industri lainnya, ada cara yang benar dan tidak tepat dalam menggunakan printer 3D. Berikut ini beberapa bahaya yang perlu diwaspadai demi keamanan 3D Printing dan beberapa tips untuk mengatasinya.
Asap Kimia dan Partikel Halus
Reaksi filamen yang berbentuk emisi asap kimia bervariasi dari satu filamen ke filamen lain. Beberapa filamen mungkin mengeluarkan asap beracun, tapi ada juga yang mengeluarkan emisi yang lebih aman. Namun, emisi partikel plastik ultra-halus merupakan proses yang terjadi pada semua jenis filamen. Bahaya yang ditimbulkan oleh gas dapat menjadi resiko yang paling berbahaya dari 3D Printing. Meskipun beberapa asap kimia mudah dideteksi melalui bau, partikel ultra-halus pada dasarnya tidak terlihat dan tidak terdeteksi oleh indera penciuman.
Resiko bahaya pernafasan sangat berbahaya dalam 3D Printing karena prosesnya sering terjadi di bengkel atau di rumah yang hampir tidak memiliki standar keselamatan. Ini hanyalah satu dari beberapa resiko 3D Printing yang sangat ramah terhadap DIY. Untuk menghindari dampak kesehatan jangka panjang dari menghirup produk sampingan pencetakan 3D ini, berikut beberapa tindakan yang dapat Anda ambil.
- Letakkan printer di ruangan dengan ventilasi yang bagus
- Gunakan pelindung wajah untuk melindungi rongga pernafasan
- Sediakan air purifier dengan HEPA filter
- Pasangkan penutup (closure) pada printer
Api dan Panas
Printer 3D memerlukan pemanas yang mencapai suhu 150-200 derajat Celsius untuk melelehkan filamen plastik. Model yang dilengkapi alas cetak berpemanas memanaskan alas hingga suhu mendekati 100 C. Karena itu, resiko luka bakar selalu ada saat mengoperasikan 3D Printer.
Selain luka bakar, ada juga pertimbangan terjadinya kebakaran. Hampir semua material dapat terbakar saat mencapai suhu tertentu. Mengingat tingginya suhu yang dicapai komponen 3D Printer, sebaiknya jauhkan bahan yang mudah terbakar, seperti kertas. Ada juga resiko kebakaran listrik jika kabel dan komponen listrik lainnya mencapai suhu di atas normal. Berikut beberapa tindakan yang dapat Anda ambil untuk membantu mencegah resiko ini.
- Tandai bagian printer yang berpemanas (misal dengan stiker)
- Gunakan sarung tangan saat menyentuh bagian panas
- Lindungi komponen elektronik yang sensitif
- Gunakan metode wireless untuk memantau proses printing (misalkan dengan fitur aplikasi slicer atau kamera yang tersambung ke Wi-Fi)
- Sediakan alat pemadam kebakaran (APAR) di dekat area 3D Printing
Bahaya Mekanis dan Komponen Bergerak
Sebagian besar komponen bergerak pada 3D Printer cukup tersembunyi. Karena itu, sebagian besar komponen tidak menimbulkan ancaman atau menghasilkan torsi rendah sehingga bahaya yang ditimbulkannya minimal. Namun, motor stepper yang mengontrol pergerakan print head dan ekstrusi filamen cukup kuat untuk menjebak jari seseorang. Jika jari Anda tersangkut pada nosel bersuhu tinggi, jari Anda dapat terkena luka bakar parah.
Jika Anda perlu memindahkan carriage 3D Printer atau melepaskan filamen secara manual dari rakitan ekstruder, sebaiknya Anda memutus aliran listrik dari motor stepper telebih dulu. Selain itu, awasi anak saat mendekati atau menggunakan 3D Printer, agar tidak terjebak komponen bergerak printer. Penting juga untuk menjauhi rambut (terutama yang panjang) dari 3D Printer agar tidak tersangkut dan membahayakan mesin dan penggunanya.
Voltase Tinggi
Seperti perangkat listrik lain, selalu ada resiko tersengat listrik saat menggunakan 3D Printer yang menyala. Untungnya, sebagian besar printer 3D hanya memiliki daya 12V atau 24V. Meskipun Anda mungkin tersengat listrik, tegangan tersebut tidak cukup menyebabkan cedera. Selain itu, ada juga kemungkinan terjadinya kebakaran pada kabel dan komponen.
Salah satu tindakan keselamatan yang penting adalah memastikan bahwa pasokan listrik ke 3D Printer telah putus setiap kali Anda membongkarnya. Anda pasti akan melakukan pembongkaran jika Anda sudah lama mendalami 3D Printing. Baik itu membongkar nozzle untuk menghilangkan filamen yang tersumbat atau melakukan kalibrasi manual pada bed printer, utamakan mencabut printer dari sumber listrik.
Bahan Kimia
Akan ada situasi di mana Anda perlu menggunakan bahan kimia cair untuk 3D Printing. Di antaranya termasuk pelarut untuk menghilangkan support, aseton sebagai bahan untuk menghaluskan, atau resin cair untuk teknik pencetakan berbasis resin. Bahan kimia ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan sangat berbahaya jika terkena mata Anda.
Setiap kali Anda bekerja dengan bahan kimia cair, pastikan untuk mengenakan kacamata dan sarung tangan nitril. Jika Anda mencetak dengan resin, saran ini juga berlaku untuk menangani cetakan jadi yang belum melalui proses pasca-pengeringan. Namun, ingat bahwa sarung tangan nitril tidak memberikan perlindungan terhadap panas, jadi jangan menyentuh benda yang suhunya masih cukup panas.
Dikutip dari 3dinsider.com
Jika ingin mempertimbangkan 3D Printing untuk proyek anda, bisa berkonsultasi dengan kami dulu di sini.