Sultan 3D Printing

Kesalahan dalam Mendesain Model untuk 3D Printing

Membuat model untuk 3D Printing bisa jadi membingungkan. Karena dalam pemodelan 3D dan 3D Printing, tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua kasus. Banyak orang menggunakan perangkat lunak yang berbeda, mencetak dengan bahan yang berbeda, dan tidak hanya menggunakan printer yang berbeda tetapi juga teknologi pencetakan yang berbeda. Jadi wajar jika Anda merasa tersesat dan terkadang terasa sulit merancang model untuk 3D Printing. Berikut ini daftar kesalahan umum yang harus Anda hindari saat membuat model untuk 3D Printing.

Mengabaikan Petunjuk Penggunaan Material

Setiap bahan 3D Printing memiliki banyak perbedaan. Bahan bisa bersifat rapuh atau kuat, fleksibel atau padat, halus atau kasar, berat atau ringan, dan sebagainya. Ini juga berarti bahwa pencetakan suatu objek idealnya menggunakan material tertentu. Misalnya, jika Anda ingin mencetak model 3D Anda dengan Baja, akan ada rekomendasi desain terkait material tertentu yang perlu Anda pertimbangkan seperti support untuk bagian yang menjorok, memperkuat elemen yang menonjol, membulatkan sudut, dll. Pilihan bahan pencetakan Anda menentukan beberapa pedoman desain dasar yang harus Anda patuhi.

Sebaiknya Anda menjadikan aturan desain bahan sebagai referensi utama dari pembuatan model untuk 3D Printing. Karena kesesuaian bentuk model 3D dan penggunaan material sangat penting untuk keberhasilan pencetakan. Idealnya, Anda harus membaca panduan desain sebelum mulai mengerjakan model Anda. Banyak referensi online yang menjelaskan tentang hal ini. Namun jika Anda masih kurang paham, Anda bisa bertanya-tanya dulu lewat kontak kami.

Tidak Menyesuaikan Teknologi 3D Printing dengan Model

Tidak hanya karakteristik tiap bahan 3D Printing yang berbeda, namun juga teknologi yang digunakan untuk mencetak masing-masing bahan tersebut. Misalnya pada bagian-bagian objek yang saling mengikat; pada bahan seperti PLA atau ABS, Anda bisa mencetak bagian yang saling mengikat, sedangkan bahan Resin tidak bisa.

Alasannya bukan dari bahan, namun teknologi pencetakan masing-masing bahan tersebut. Untuk ABS kami menggunakan Fused Deposition Modeling (berbasis filamen) dengan tambahan nozzle dan material support, sedangkan untuk Resin kami menggunakan Stereolitografi (berbasis polimer cair). Walaupun pencetakan menggunakan bahan berbeda, jika masih menggunakan teknologi yang sama (misal PLA+ dan ABS+ kami keduanya menggunakan teknoogi FDM berbasis filamen), maka rekomendasi model untuk 3D Printing akan kurang lebih serupa.

Kurangnya Pengaturan Ketebalan Dinding

Masalah ketebalan dinding sejauh ini merupakan alasan paling umum mengapa beberapa model 3D tidak dapat tercetak. Dalam beberapa kasus, ketebalan dinding terlalu tipis. Dinding terlalu tipis, sehingga membuat bagian-bagian kecil pada model tidak dapat tercetak atau sangat rapuh dan mudah patah. Dalam kasus lain, dinding yang terlalu tebal menimbulkan tekanan internal yang terlalu besar dan dapat menyebabkan benda tersebut retak atau bahkan pecah.

Menghiraukan Resolusi File

Format file model untuk 3D Printing yang paling umum adalah STL (yang merupakan singkatan dari bahasa segitiga standar). Ini artinya desain Anda akan terkonversi menjadi segitiga dalam ruang 3D. Sebagian besar perangkat lunak pemodelan 3D memiliki opsi untuk mengekspor desain Anda ke file STL dan mengatur resolusi sesuai keinginan.

Jika file STL beresolusi rendah, ekspor berkualitas buruk tidak akan memungkinkan kami memberikan cetakan yang bagus kepada Anda. Resolusi rendah berarti segitiga pada file STL Anda besar dan permukaan cetakan Anda tidak mulus. Ini akan menghasilkan cetakan yang agak “berpiksel”. Sedangkan jika file STL beresolusi sangat tinggi, file Anda terlalu besar dan terkadang tidak mungkin kami tangani. Mungkin juga berisi tingkat detail ekstrim yang tidak dapat teratasi oleh printer 3D. Sebaiknya gunakan ukuran file di bawah 100 MB untuk pesanan Anda.

Di sebagian besar perangkat lunak pemodelan 3D, saat mengekspor file, akan ada permintaan untuk menentukan toleransi ekspor. Toleransi merupakan jarak maksimum antara bentuk asli dan mesh STL yang Anda ekspor. Sebaiknya Anda memilih 0,01 mm untuk ekspor yang baik. Mengekspor dengan toleransi lebih kecil dari 0,01 mm tidak masuk akal karena printer 3D tidak dapat mencetak pada tingkat detail ini. Sebaliknya, jika mengekspor dengan toleransi lebih besar dari 0,01 mm, bentuk segitiga mungkin terlihat pada hasil 3D Printing.

Mengabaikan Petunjuk Penggunaan Software Modelling

Orang-orang menggunakan banyak software pemodelan 3D yang berbeda. Beberapa software dirancang untuk membuat objek 3D Printing, sedangkan yang lain dirancang untuk memungkinkan pengeditan tambahan sebelum membuat model 3D yang dapat dicetak. Misalnya, penerapan ketebalan dinding dilakukan secara otomatis di beberapa program, sedangkan di program lain Anda harus mengaturnya secara manual.

Bahkan jika Anda menggunakan software unutk pemula yang dikembangkan hanya untuk tujuan 3D Printing (misalnya Tinkercad), Anda mungkin masih kesulitan membuat model berongga. Dalam hal ini, perangkat lunak gratis (misalnya Meshmixer) dapat membantu.

Jika Anda menggunakan perangkat lunak seperti Blender (software untuk grafik dan animasi 3D), SketchUp (populer di kalangan arsitek dan pemodel skala), atau ZBrush (perangkat lunak pemahat untuk seniman 3D), Anda perlu melakukan langkah persiapan file lebih lanjut. Misalnya, membuat model kedap air, mengatur ketebalan dinding, atau mengubah ukuran pencetakan.

Sebaiknya, Anda baca dulu panduan perangkat lunak untuk mengubah model menjadi cetakan 3D. Jika Anda tidak dapat menemukannya di website resmi perangkat lunak, coba cari lewat search engine (misal Google) untuk tutorialnya. Jika Anda mencapai batas software pemodelan 3D Anda, buka model 3D Anda di Meshmixer untuk mengatur model untuk 3D Printing.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
× Hubungi Kami!