Sultan 3D Printing

3D Printing dan Dampak Industri Manufaktur pada Lingkungan

Dampak lingkungan dari manufaktur berperan besar dalam perubahan iklim. Tidak hanya melalui energi yang dikonsumsi saat produksi, tetapi juga energi transportasi yang digunakan untuk mengirimkan pasokan dan suku cadang di berbagai titik dalam rantai pasokan. Karena itu, semakin banyak organisasi dan konsumen memprioritaskan praktik bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Rekayasa, produksi barang, dan pengangkutan suku cadang di seluruh rantai pasokan bersama-sama bertanggung jawab atas sebagian besar emisi yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Bisnis semakin menyadari bahwa terlibat dalam praktik ramah lingkungan menciptakan manfaat bisnis yang nyata. Dengan mengurangi limbah dan konsumsi energi, proses manufaktur berkelanjutan meningkatkan efisiensi operasional sekaligus memudahkan kepatuhan terhadap peraturan. Praktik bisnis yang berkelanjutan juga semakin menjadi norma. Menurut Harvard Business Review pada tahun 2016, konsumen lebih bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk produk terproduksi secara berkelanjutan yang ramah lingkungan dan cenderung memiliki loyalitas merek. Penelitian Deloitte menemukan bahwa investor, mitra, dan karyawan juga menyukai organisasi yang sadar lingkungan — dengan lebih dari setengah dari 750 eksekutif melaporkan pada tahun 2021 bahwa “inisiatif kelestarian lingkungan mereka secara terukur meningkatkan kinerja keuangan perusahaan mereka”.

Apa 3D Printing Ramah Lingkungan?

3D Printing termasuk proses manufaktur yang ramah lingkungan. Proses manufaktur ini mengurangi jejak karbon dalam beberapa cara:
• Lebih sedikit energi dan limbah material. Proses pembuatan aditif sendiri memiliki jejak karbon yang jauh lebih rendah daripada proses subtraktif. Manufaktur aditif menghasilkan limbah yang jauh lebih sedikit — manufaktur objek tidak menggunakan pengurangan material, struktur berongga mengurangi lebih banyak material serta mempertahankan kinerja, dan produsen dapat memproduksi hanya apa yang perlu.
• Tidak ada rantai pasokan berat karbon. Mempertimbangkan fabrikasi saja, jejak karbon dari manufaktur subtraktif sudah jauh lebih tinggi daripada manufaktur aditif. Namun, aktivitas rantai pasokan untuk mengantarkan produk memperparah jejak karbon negatif yang substansial dari manufaktur tradisional. Setelah produksi barang, transportasi dan logistik menghasilkan jejak karbon yang jauh lebih tinggi daripada yang jejak karbon dari proses fabrikasi.
Tahap produksi sebenarnya hanya menyumbang sebagian kecil dari total jejak karbon dalam rantai pasokan manufaktur.

Ayo cetak mulai sekarang, dan klik di sini!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
× Hubungi Kami!